Barangkali itulah sedikit gambaran betapa kita sebenarnya sering membuat alasan atau mencari-cari alasan agar kita bisa berkelit dari kesalahan atau kegagalan. Jika terlambat sekali-sekali mungkin wajar dan bisa masuk akal, tetapi jika keterlambatan selalu ada dalam setiap minggunya, barangkali memang ada yang tidak beres dengan jadwal keberangkatan kerjanya, mungkin akan ada saja alasan untuk berdalih misalkan ban kendaraan bocor, atau mobilnya mogok dan lain sebaginya. Kalaupun tidak terlambat, setiap hari pun masuk kerja mepet-mepet waktunya kurang beberapa menit bahkan detik.
Kebiasaan berdalih atau membuat alasan tanpa sadar sering kita lakukan bukan hanya di bidang kerja saja, tapi mencakup semua aspek kehidupan. Bila dihadapkan pada suatu masalah pikiran kita akan langsung berpikir untuk membuat alasan. Saat kita terlambat masuk kerja atau sekolah sebenarnya sejak di perjalanan pun pikiran kita berpikir untuk membuat alasan yang tepat, karena tahu bakal terlambat. Seorang yang merasa belum punya pekerjaan akan berdalih sulitnya mendapat pekerjaan karena ijazahnya hanya SMA, padahal banyak juga yang yang lulusan sarjana tapi tetap saja sulit mendapatkan pekerjaan.
Seorang karyawan bekerja asal-asalan karena berdalih gajinya kecil jadi buat apa capek-capek kerja, toh gaji yang diterima kita segini-segini juga jadi kerja juga ya apa adanya aja. Mulailah dirinya membuat statement seandainya gaji saya naik atau mendapatkan gaji sesuai dengan yang diharapkan mungkin saya akan bekerja sungguh-sungguh. Tetapi setelah gajinya naik manusia selalu akan merasa kurang dan kembali pada pola lamanya.
Seseorang yang belum punya pasangan berdalih bahwa dia tidak punya pacar karena wajahnya pas-pasan, ataupun tidak memiliki cukup materi shingga kurang percaya diri terhadap wanita. Ah… saya cuma orang miskin, mana ada perempuan yang mau atau pantas saja dia dapat pasangan cantik / ganteng karena anak orang kaya sih…
Pantas saja dia maju usahanya punya banyak modal sih…dan berbagai dalih yang terus di buat untuk mneghindari ketidakmampuannya. Bahkan Tuhan pun dijadikan alasan bahwa Tuhan tidak adil…....Masya Allah.....
Hei…sobat ….,berhentilah berdalih.....karena sobat dekat dari berdalih adalah sikap mengeluh. Berhentilah membuat alasan, berhentilah menjadi karyawan yang selalu mengeluh dengan gaji yang diterima dan mengeluh dengan kebijakan dan aturan yang ditetapkan perusahaan. Anak yang selalu menciptakan alasan atas kesalahan yang dilakukan, selalu mengeluh dengan keadaan fisiknya, kondisi ekonomi keluarga, fasilitas pendidikannya, dan semuanya. Itu semua hanyalah dalih dan cermin ketidak mampuan untuk bersukur.
Sembilan puluh sembilan persen dari semua kegagalan berasal dari
orang-orang yang punya kebiasaan berdalih.
Jika Anda ingin menciptakan kehidupan yang penuh keberhasilan, Anda harus memegang kendali hidup Anda. Mulai sekarang, berhenti berdalih, berhenti mengeluh, berhenti mengeluh atas kekurangan fisik Anda, berhenti mengeluh atas ketidakadilan yang terjadi dalam hidup Anda, berhenti menggunakan alasan mengapa Anda tidak bisa dan belum mendapatkan apa yang Anda impikan sampai saat ini, dan berhenti menyalahkan keadaan di luar diri Anda. Anda harus berjanji pada diri Anda, bahwa mulai saat ini, Anda berhenti melakukan semuanya itu selamanya. Tindakan berhenti menyalahkan adalah tanda bahwa Anda mengasihi diri Anda dan masa depan Anda.
Cobalah untuk berhenti sejenak dan renungkan apakah benar kita biasa berdalih, jka benar tuliskan dan katakan pada diri Anda kalimat ini: Saya bertanggungjawab atas hidup saya ! Harus ditanamkan dalam benak Anda, bahwa Andalah satu-satunya orang yang bertanggungjawab terhadap hidup Anda.
Kesuksesan adalah keputusan untuk mengubah hambatan menjadi kesempatan untuk meraih sukses. Mungkin salah satu hal yang menghambat Anda untuk meraih sukses karena Anda dipenuhi dengan berbagai macam dalih. Hentikan dalih Anda jika Anda ingin meraih keberhasilan.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih karena telah berkunjung ke sanznuya.blogspot.com tolong tinggalkan komentar untuk kemajuan blog ini..